Artist Talk:
“Project Toko Buku Liong”
Speakers: Adelina Luft and Daniel Lie
Moderator: Manshur Zikri
Wednesday, August 26th, 2020, 19:00 – 21:00 GMT+7
Rabu, 26 Agustus 2020, 19:00 – 21:00 WIB
Language/Bahasa: English
Adelina Luft and Daniel Lie will present their two distinct research approaches, processes, and collaborative ideas in developing the current art project, Toko Buku Liong, web-hosted by Cemeti Institute for Art and Society between 4 August to 4 September 2020. The talk will guide the participants through the four intersected thematic volumes and hopes to converse with the audience in expanding the findings and exploring possibilities of research and art making.
–
Adelina Luft dan Daniel Lie akan mempresentasikan dua pendekatan penelitian, proses, dan ide kolaboratif mereka yang berbeda dalam mengembangkan proyek seni Toko Buku Liong ini. Diskusi ini akan memandu peserta melalui empat jilid tematik yang saling bersinggungan dan harapannya dapat membangun dialog dengan audiens untuk memperluas temuan dan menjelajahi kemungkinan penelitian dan pembuatan seni.
Biographies / Biografi

In DANIEL LIE’s practice time is the central pillar of the reflection. Since the oldest and affective memory – bringing family and personal stories – until the time of things in the world; the period of a lifetime, and the duration of the states of the elements. Through installations, objects and hybridization of languages of art – using the things as they are – the work creates bridges with performance art concepts such as an art based on time, ephemerality and presence. To highlight these three instances, elements that have the time contained in itself are set in the space, as installations, such as decaying matter, growth of plants, fungi and the body. In the work research, the look is facing tensions and breaking a binary thought between science and religion, ancestry and present, life and death.
Di dalam praktik DANIEL LIE, waktu adalah pilar utama refleksi. Sejak ingatan paling lampau dan afektif – menghadirkan kisah keluarga dan personal – hingga waktu bagi hal-hal di dunia; periode masa kehidupan, dan durasi keberadaan elemen. Melalui instalasi, objek, dan hibridisasi bahasa seni – menggunakan segala sesuatu sebagaimana adanya – karyanya menciptakan jembatan dengan konsep seni performance sebagaimana seni berbasis waktu, kefanaan, dan keberadaan. Untuk menyoroti tiga hal ini, elemen-elemen yang memiliki waktu terkandung di dalamnya disusun di dalam ruang sebagai instalasi, seperti sesuatu yang membusuk, tanaman yang tumbuh, jamur dan tubuh. Di dalam penelitian karya tersebut, tampilan menghadapi ketegangan dan meruntuhkan pemikiran biner antara sains dan agama, leluhur dan masa ini, kehidupan dan kematian. Seniman Indonesia-Brasil, transpuan, lahir di Sao Paulo/ Brasil dan tengah menempuh proses nomaden.

ADELINA LUFT is a curator and researcher with focus on Indonesian art and history. She holds a BA in Public Relations from the National University of Political Studies in Bucharest (2012) and a MA in Visual Art Studies from Gadjah Mada University in Yogyakarta (2017). Her master thesis and collaboration with Jogja Biennale Equator expanded her interest in post-colonial studies, horizontal South dialogues, and transnational perspectives. Her hyphenated position and identity in the double post (post-colonial and post-communist) has been a source to artistically reflect transnational histories and seek to reconstruct marginalised narratives within the politics of (re)presentation . She has been based in Yogyakarta for the past six years where she experiments with collective-based lifestyles and collaborative processes of working with artists and curators, allowing the shaping of new subjectivities and non-hierarchical environments.
ADELINA LUFT adalah kurator dan peneliti yang fokus pada seni dan sejarah Indonesia. Ia meraih gelar Sarjana dari program studi Public Relations, the National University of Political Studies di Bukares (2012) dan MA dari Pengkajian Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta (2017). Tugas akhir studi pasca sarjana dan kolaborasinya dengan Jogja Biennale Equator memperluas minatnya pada studi pasca-kolonial, dialog horizontal Selatan, dan perspektif transnasional. Menempati posisi dan identitas yang diberi jeda (hyphenated) dalam ‘pasca’ yang ganda (pascakolonial dan pasca komunis) telah menjadi sumber bagi Adelina Luft untuk secara artistik merefleksikan sejarah transnasional dan berupaya merekonstruksi narasi yang dipinggirkan di dalam politik (re)presentasi. Ia telah tinggal di Yogyakarta selama enam tahun terakhir ini, dimana ia bereksperimen dengan gaya hidup berbasis kolektif dan proses kolaborasi dengan para seniman dan kurator, yang memungkinkan pembentukan subjektivitas baru dan lingkungan non-hirarkis.